SJI Balikpapan, dari Hobi untuk Sosial hingga Pariwisata

Hobi tak kenal harga. Berapapun bakal dikucurkan demi memuaskan hasrat itu. Seperti para anggota di Suzuki Jip Indonesia (SJI) Balikpapan.

BELUM genap setahun, SJI Balikpapan sudah punya 45 anggota. Totalnya ada sekitar 120 unit jip yang terdaftar di SJI yang merupakan milik dari puluhan anggota komunitas ini.

Didirikan pada Desember 2014, SJI awalnya hanya sekumpulan orang dari pecinta jip. Namun belakangan, Murjani dan kawan-kawan mendapat tawaran dari SJI pusat untuk mendirikan cabang di Balikpapan. “Akhirnya kami ambil kesempatan itu. Terbentuklah SJI Balikpapan,” kata Murjani, yang juga ketua SJI Balikpapan ini.

Khusus Kota Minyak, komunitas ini juga membawahi hingga Penajam Paser Utara (PPU). Dari daerah seberang, setidaknya terdapat 10 orang tergabung di SJI. Sedangkan SJI Balikpapan tergabung di Pengurus Daerah Indonesia Offroad Federation (Pengda IOF) Kaltim, sebagai induk.

Murjani menjelaskan, keanggotaan komunitas ini terdiri dari berbagai kalangan. Mulai warga sipil, anggota TNI, PNS hingga pengusaha. Lantaran lahir dari beragam kalangan, agenda sosial tak lepas dari komunitas ini. Di antaranya, bakti sosial, penanaman pohon, dan pembuatan bak sampah di Pantai Manggar.

“SJI tak dibiayai APBD. Kami hanya mengandalkan sumbangan anggota dan donatur. Asalkan cukup, ya agenda jalan. Seperti membuat bak sampah di Pantai Manggar, supaya pengunjung tak asal buang sampah,” paparnya.

Ia menyebut, setiap sepekan sekali komunitas ini menggelar latihan di Gran City. Namun juga adventure ke hutan sebulan dua kali. Setelah adventure, biasanya komponen pada jip kerap rusak. Jadi, tak heran bila setelah berpetualang ke hutan, anggota SJI rata-rata mengeluarkan kocek Rp 5 juta untuk memperbaiki mesin atau komponen yang rusak.

Dikatakan, meski jip ini tergolong mobil antik, namun harga di pasaran masih cukup tinggi. Terutama yang ekspor dari Jepang. Seperti Suzuki Jimny JB 32 keluaran tahun 2005 ini harganya sekitar Rp 180 juta sampai Rp 200 juta. Begitu juga Suzuki Vitara tahun 2005 seharga Rp 225 juta. “Ini semua kendaraan bekas tanpa modifikasi,” sebutnya.

Sedangkan yang dijual di Indonesia, jip keluaran Suzuki masih terbilang murah. Seperti Suzuki Katana tahun 2005 sekitar Rp 50-65 juta dan Suzuki SJ410 tahun 1984 ditaksir Rp 45 juta. “Kenapa kendaraan impor mahal, karena mesti bayar pajaknya. Tapi mobil impor, barang atau mesinnya original,” aku dia.

Untuk memodifikasi jip, kata dia, rata-rata anggota SJI mengeluarkan duit hingga Rp 75 sampai Rp 100 juta. Kadang, biaya modifikasi lebih mahal dari harga mobil.

Murjani membeberkan, akhir tahun ini SJI Balikpapan akan menggelar jambore nasional. Salah satu tujuan acara ini adalah mempromosikan lokasi wisata di Kota Minyak. Selain Pantai Manggar, juga akan mengenalkan Kebun Raya Balikpapan (KRB) di Km 15.

Seperti Bendahara SJI Balikpapan Gatot Koco, yang mengaku membeli mobil hingga ratusan juga rupiah. Untuk memodifikasi jip tersebut juga mesti mengeluarkan kocek tebal. “Tapi, hasilnya juga maksimal. Saya bulan lalu habis juara modifikasi jip di Bogor. Pengeluaran dan hasilnya seimbang,” katanya.

Menurutnya, mengeluarkan kocek tebal hanya untuk memodifikasi itu bukan masalah. Apalagi mantan ketua Hipmi Balikpapan ini memang hobi otomotif. “Namanya hobi, selama kita punya dana, berapapun itu akan dipenuhi. Sepanjang hobi tersalurkan,” imbuhnya.

Meski terkesan menghamburkan banyak uang, bukan berarti SJI tak memiliki agenda sosial. Gatot berharap, komunitas ini akan terus bermanfaat bagi warga. Dengan jip bisa membantu membuka akses ke hutan.

Bagikan halaman ini

Menu